Memerhatikan interior rumah abu beserta fasilitasnya sangat penting dilakukan karena itu adalah tempat terakhir untuk orang yang sudah meninggal. Nama lain dari rumah abu adalah kolumbarium yang telah ada sejak zaman dulu.
Pembicaraan mengenai rumah abu memang sering dilakukan oleh orang yang baru ditinggalkan orang terkasih. Memperlakukan jenazah memang harus baik karena sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Mengenal Rumah Abu
Kolumbarium atau rumah nuansa abu putih ini adalah bangunan untuk menyimpan guci penguburan bagi orang-orang yang sudah meninggal. Rumah abu terbuka bagi masyarakat umum yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada keluarga yang meninggal.
Bangunan ini memiliki banyak ceruk kecil yang digunakan untuk menyimpan guci perjalanan dan dulunya disebut sebagai rumah merpati. Biasanya digunakan oleh masyarakat Tionghoa untuk menyimpan abu orang terdekat dengan penuh hormat.
Dulu ketika ada orang terdekat yang meninggal, maka keluarga akan mencari sebidang tanah untuk tempat pengistirahatan terakhir. Selain itu, keluarga juga memasukkan jenazah dalam peti dan mengebumikan pada tanah yang sudah dipesan.
Hanya saja, sekarang Anda bisa melakukan cara lain untuk memberikan penghormatan kepada kerabat atau orang terdekat yang sudah tiada. Caranya adalah dengan menyimpan abu ke rumah abu. Jadi, kalau ingin menjenguk, bisa langsung datang ke columbarium.
Sejarah Rumah Abu
Sebelum membahas mengenai interior rumah warna abu, penting bagi Anda untuk mengetahui bagaimana sejarah rumah abu. Columbarium adalah rumah yang memiliki banyak lemari untuk menyimpan guci berisi abu jenazah.
Tradisi penyimpanan abu di kolumbarium ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama bahkan di Indonesia sendiri ada yang menerapkannya. Awal mula adanya tradisi ini adalah karena sebagian masyarakat kesulitan menemukan tempat peristirahatan untuk kerabat yang meninggal.
Budaya menyimpan abu di rumah abu ini juga berkaitan dengan budaya kremasi jenazah yang dilakukan oleh masyarakat Hindu dan Buddha. Bahkan di zaman dulu, ada banyak orang yang menyimpan abu di rumah ibadah atau klenteng.
Tradisi ini kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia yang beragama Katolik dan Kristen sehingga banyak yang menyimpan abu di kolumbarium. Jadi, orang sudah tidak lagi menyimpan abu tersebut di rumah ibadah.
Interior Rumah Abu
Untuk mengetahui bagaimana interior rumah abu Anda bisa mengambil contoh rumah abu di Palembang. Rumah abu di Palembang memiliki tiga bagian mulai dari bagian depan, bagian tengah, dan bagian belakang.
Bagian depan interior adalah teras terbuka dengan tiang kokoh yang berdiri tegak sejajar. Kemudian terdapat susunan batang kayu yang membentuk pagar sebagai penghubung tiang-tiang tersebut.
Masih di bagian depan terdapat ornamen Cina yang diisi dengan lentera khas masyarakat Tionghoa di bagian atasnya. Kemudian interior rumah putih abu bagian tengah adalah ruang utama columbarium.
Terdapat altar yang terbuat dari bahan kayu yang sudah berdiri sejak 300 tahun, jadi lebih tua dari bangunan itu sendiri. Lantainya terbuat dari tanah liat dengan bentuk persegi panjang dan ada kolong yang berfungsi sebagai gudang.
Sedangkan di bagian belakang yang terhubung langsung dengan rumah utama. Bagian bawahnya terdapat saluran pembuangan. Itulah kondisi bagian dalam salah satu rumah abu yang ada di Indonesia.
Pertimbangan Memilih Rumah Abu
Ketika Anda hendak membawa abu ke kolumbarium, ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan. Pertimbangan pertama adalah fasilitas kotak abu yang disediakan dan jika bisa Anda mencari yang menyediakan kotak batu dari bahan granit atau yang lebih premium.
Selain itu, pertimbangan lain adalah bangunan rumah abu, apakah bangunan tersebut kokoh atau tidak. Bangunan yang terbuat dari bahan terbaik akan bertahan dalam waktu lama sehingga Anda bisa dengan mudah menjenguk orang terdekat yang sudah meninggal.
Memerhatikan interior rumah abu seperti cat interior rumah abu-abu adalah hal penting yang perlu dilakukan. Anda bisa mencari rumah abu yang memang dirawat dengan baik serta terdapat fasilitas penunjang.